-->

Thursday, June 18, 2015

Program Hijau, Belajar Serunya Urban Gardening

                Sebagai persiapan program di kelas 9 nanti, yaitu berkebun, siswa-siswi kelas 8 mempelajari tentang urban gardening mulai dari tanggal 15 hingga 18 Juni 2015. Setiap hari, para siswa akan menuliskan pertanyaan yang berhubungan dengan urban gardening dan di akhir kegiatan, mereka akan menuliskan apa saja yang sudah mereka dapatkan dari program tersebut. Apa saja kegiatannya? Mari kita simak!

                Hari Pertama, 15 Juni 2015 – Mengenal urban gardening
Siswa-siswi di hari itu baru mengetahui apa yang disebut urban gardening. Urban gardening adalah kegiatan berkebun di tengah-tengah perkotaan, misalkan di rumah sendiri. Di pagi hari, mereka mencari sedikit tentang berkebun lewat internet maupun buku. Setelah itu, agar rasa keingintahuan siswa bisa lebih terpuaskan, sekolah Tara Salvia mengundang Bu Diah untuk memberikan presentasi tentang berkebun. Bu Diah adalah salah satu koodinator komunitas Banten Berkebun, yaitu bagian dari komunitas Indonesia Berkebun yang mengajak masyarakat perkotaan berkebun di lahan sendiri. Semua siswa antusias dalam mendengarkan presentasi dan aktif dalam bertanya jawab. Selain itu, siswa-siswi juga bermain games tebak sayuran. Kegiatan dilanjutkan dengan Bu Diah mengajari siswa-siswi berkebun kangkung sendiri di pot. Terakhir, Bu Diah mengajak siswa-siswi untuk mengunjungi kebun milik Banten Berkebun yang terletak di BSD.

                Hari Kedua, 16 Juni 2015 – Menanam sayuran di kebun milik Banten Berkebun
Ayo beri sekat!
Pagi itu, siswa-siswi kelas 8 pergi ke kebun milik Banten Berkebun di BSD, sesuai dengan ajakkan Bu Diah. Saat tiba di kebun, para siswa diperlihatkan berbagai macam sayuran, seperti bayam, kangkung, cabai, basil, dan berbagai sayuran lain. Kegiatan di sana diawali dengan menyiapkan lahan untuk menanam bayam dan kangkung. Tak hanya siswa juga, guru juga ikut menyiapkan lahan. Setelah itu, mereka menaburkan bibit bayam dan kangkung. Tahap selanjutnya, beberapa siswa membuat tanah tidak lengket dan tercampur menggunakan traktor. Terlihat beberapa siswa mengerjakannya dengan mudah, namun beberapa kesulitan karena beratnya traktor. Terakhir,para siswa dan guru bisa memetik bayam dan kangkung sendiri dan membelinya supaya bisa dibawa pulang dan dimasak. Siswa merasa sangat senang bisa menanam dan memetik sayuran sendiri.

Hari Ketiga, 17 Juni 2015 – Berkunjung ke Rumah Bu Nuty
Bu Nuty sedang memberikan penjelasan.
Untuk mempelajari urban gardening lebih jauh, siswa kelas 8 pergi ke rumah Bu Nuty, orang tua dari salah satu murid Tara Salvia, Givary. Setibanya di rumah, siswa-siswi diceritakan tentang pengalaman urban gardening Bu Nuty, yang berawal dari mencari kegiatan positif di rumah. Rupanya, urban gardening tidak terlalu sulit untuk dilakukan, hanya perlu kesabaran, ketelatenan, dan pantang menyerah. Setelah itu, Bu Nuty menunjukkan kebun kecilnya di lantai atas rumahnya. Di sana, ada sayuran mint, selada, kemangi, kale, dan masih banyak lagi. Kebun tersebut sudah dirawat sejak lebih dari setahun yang lalu, saat Bu Nuty pertama kali menanam pohon tomat dan cabai. Semua siswa dan guru yang berkunjung diperbolehkan untuk mendapatkan dua bibit sayuran dengan cuma-cuma.

Hari Keempat, 18 Juni 2015 – Perencanaan Berkebun
Setelah melakukan kunjungan ke berbagai tempat dan mencari informasi, siswa-siswi kelas 8 akhirnya menerapkan semua ilmu yang sudah didapatkan mengenai urban gardening dengan membuat perencanaan awal berkebun untuk di kelas 9 nanti. Siswa sudah dibagi dalam beberapa kelompok dan mulai membuat perencanaannya dalam bentuk presentasi. Perencanaan mencakup biaya, jadwal perawatan, dan pestisida yang dipakai untuk mengusir hama. Pestisida yang dipakai harus alami, tidak boleh kimia. Contohnya ada bawang putih, cabai, dan daun kemangi. Presentasi tiap kelompok ditampilkan dengan menarik dan sesekali siswa tertawa karena presentasi yang menghibur.

Dari sini, siswa belajar bahwa berkebun sendiri di tengah perkotaan bisa menjadi hal yang menyenangkan dan membawa banyak sisi positif untuk kita maupun lingkungan. Sayuran yang dipetik bisa dimakan dan kualitasnya leih terjamin. Lingkungan menjadi lebih bersih dan hijau dengan banyaknya sayuran. Program menanam sayuran sendiri baru dilaksanakan di tahun ajaran depan.


[Nisa]

No comments:

Post a Comment